Syarat dan Hukum Akad Nikah

30 Juni 2008

Pernikahan. Sebuah peristiwa sakral yang dinantikan bagi pasangan yang telah "siap" untuk menikah. Apa syarat dan hukum akad nikah? Disini, kita akan coba memahami mengenai syarat-syarat syar'i yang harus dipenuhi untuk syahnya sebuah pernikahan serta hukum-hukum syar'i yang timbul darinya.

Sesungguhnya aqad nikah itu suatu ungkapan dari 'ijab' dan 'qobul'. Yang memulai aqad disebut 'al-mujib' dan pihak yang lain disebut 'qabil'. Dan mungkin adanya 'ijab' dari laki-laki atau wakilnya, dan bisa jadi dari wanita atau wakilnya, demikian pula 'qobul'.

Dan lafadh yang shohih untuk 'akad nikah' yang tidak ada khilaf padanya adalah: (… 'zawwajtuka... '(saya kawinkan engkau…), atau (....`ankahtuka ...' (Aku nikahkan engkau...). Ketika seorang wanita berkata "Kukawinkan diriku ...." atau berkata wakilnya "Kukawinkan engkau...", maka telah terwujud 'ijab dari satu sisi. Bila di sisi lain telah berkata: 'Qobiltu' (aku terima), maka telah terjadilah 'aqad nikah', bila telah terpenuhi syarat-syaratnya.

Adapun syarat-syarat Akad Nikah yaitu:

Tatkala ijab qobul disebutkan 'maharnya', baik kontan atau pun hutang. Dan disebutkan syarat lain jika ada, seperti dijadikannya kekuasaan atau perlindungan di tangan isteri sehingga dia bisa menentukan kapan cerainya, atau sampai batas waktu tertentu dengan perceraian sekali yang ba'in (selamanya). Dan syarat nikah yang terpenting adalah hadirnya dua saksi yang merdeka, baligh, berakal, muslim, untuk pernikahan muslim dan muslimat, yang mendengar ucapan akad nikah, dan paham bahwa itu akad nikah dan syah jika dua saksi itu dari kerabat suami istri, seperti bapak atau saudara laki-laki atau anaknya.

Hukum-Hukum Akad Nikah

Sesungguhnya akad nikah merupakan ikatan yang kokoh dan kuat, karena masing-masing suami isteri terikat dengan ikatan ini dengan hak-haknya, dan jadilah suami bertanggung jawab kepada isterinya dengan menjaga sebagian syarat-syarat yang tidak diterangkan disini. Dan hukum yang terpenting dari ikatan ini adalah:

*** Tetapnya pernikahan diantara dua orang yang berakal dan mengenai keduanya hukum-hukum pernikahan,dan halal bersenang-senang satu sama lainnya, dan jadilah haram ibu dari isterinya, dan tetaplah waris dari kedua belah pihak (suami isteri).

*** Wajib bagi suami dengan sekedar akad nikah yaitu memberi 'mahar' baik kontan maupun hutangdan memberi nafkah dengan segala macamnya, yaitu: makanan, pakaian, tempat tinggal, dll, kepada wanita yang dinikahi.

*** Yang harus dilakukan suami atas isterinya :
* Ditetapkan bagi suami harus mendidik si isteri dengan cara yang baik, karena suami tersebut adalah pemimpin atas isterinya.
* Isteri wajib mentaatinya dalam hal-hal yang mubah dan memelihara kehormatannya dan wajib tinggal di rumah dan tidak keluar dari rumahnya kecuali dengan izin suaminya atau karena keadaan darurat.
* Bagi isteri tidak boleh menghalangi hak suami untuk bersenang-senang dengannya kecuali karena udzur seperti haidh.

(Sumber Rujukan: Ushulul Mu’asyarotil Zaujiyah)

Baca Selengkapnya..

Seorang Muslimah Berhias Diri

Berhias adalah hal yang lumrah dilakukan oleh seorang manusia, entah lelaki atau wanita bahkan banci. Islam sebagai agama yang sesuai dengan naluri manusia tentu saja tidak menyepelekan masalah berhias. Sehingga masalah berhias ini tentu saja sudah di bahas dalam syariat Islam. Sehingga berhias ini bisa menjadi amal shaleh ataupun amalan salah, tergantung sikap kita mau atau tidak mengindahkan kaedah syariat tentang berhias.

Semoga memberikan manfaat bagi kita dengan adanya artikel ini, yang berupaya menuturkan beberapa kaedah dan disiplin dalam berhias yang dibolehkan, agar dapat menjadi barometer setiap kali wanita akan berhias, baik dengan menggunakan hiasan klasik maupun moderen, dimana para ulama belum menyebutkan pendapat tentang hiasan itu.

Kaedah pertama: Hendaknya cara berhias itu tidak dilarang dalam agama kita segala bentuk perhiasan yang dilarang oleh Alloh Azza wa Jalla dan Rasulnya, berarti haram, baik Rasululloh Shalallaahu Alaihi Wasalam telah menjelaskan bahayanya kepada kita maupun tidak.

Kaedah kedua: Tidak mengandung penyerupaan diri dengan orang kafir ini kaedah terpenting yang harus dicermati dalam berhias. Batas penyerupaan diri yang diharamkan adanya kecenderungan hati dalam segala hal yang telah menjadi ciri khas orang kafir, karena kagum dengan mereka sehingga hendak meniru mereka, baik dalam cara berpakaian, penampakan, dan lain-lain. Kalaupun pelakunya mengaku tidak bermaksud menirukan orang kafir, namun penyebabnya tetap hanyalah kekerdilan dirinya dan hilangnya jati diri sebagai muslim yang berasal dari kelemahan dari akidahnya. Anehnya, seorang muslim terkadang mengamalkan suatu amalan yang memiliki dasar dalam ajaran syariat kita, tetapi kemudian ia berdosa dalam melakukannya, karena ia berniat menirukan orang kafir.

Contohnya, seorang laki-laki yang membiarkan panjang jenggotnya. Membiarkan jenggot menjadi panjang pada dasarnya adalah salah satu dari syariat Islam bagi kaum laki-laki, tetapi ada sebagian laki-laki yang membiarkan panjangkan jenggotnya karena mengikuti mode dan meniru mentah-mentah orang barat. Ia berdosa dengan perbuatannya itu, karena seperti informasi yang tholibah peroleh, terdapat seorang pemuda yang baru datang dari barat dengan jenggotnya yang panjang, menurut tren atau kecenderungan mode orang-orang barat. Ketika dia tahu bahwa di negrinya jenggot merupakan syiar Islam dan juga syiar orang Shalih dan mengerti agama, segera ia memotomg jenggot!!

Contohnya di kalangan wanita, memanjangkan ujung pakaian. Perbuatan itu (yakni memanjangkan ujung satu jengkal atau satu hasta) adalah termasuk sunnah-sunnah bagi kaum wanita yang telah ditinggalkan orang pada masa sekarang ini. Tetapi ketika orang-orang kafir juga melakukannya pada beberapa acara resmi mereka sebagai kaum muslimin yang sudah ternodai pikiran mereka menganggap itu sebagai kebiasaan yang bagus, dan merekapun mengikutinya, untuk meniru orang-orang kafir tersebut. Sebaliknya, di selain acara-acara khusus tersebut mereka kembali kepada kebiasaan orang kafir dengan mengenakan pakaian mini/ketat atau You Can See !!! dalam dua kesempatan itu mereka tetap berdosa.

Kaedah ketiga: Jangan sampai menyerupai kaum lelaki dalam segala sisinya.

Kaedah keempat: Jangan berbentuk permanen sehingga tidak hilang seumur hidup

Kaedah kelima: Jangan mengandung pengubahan ciptaan Alloh Azza wa Jalla.

Kaedah keenam: Jangan mengandung bahaya terhadap tubuh.

Kaedah ketujuh: Jangan sampai menghalangi masuknya air ke kulit, atau rambut terutama yang sedang tidak berhaid

Kaedah kedelapan: Jangan mengandung pemborosan atau membuang-membuang uang.

Kaedah kesembilan: Jangan membuang-buang waktu lama dalam arti, berhias itu menjadi perhatian utama seorang wanita

Kaedah kesepuluh: Penggunaannya jangan sampai membuat si wanita takabur, sombong, membanggakan diri dan tinggi hati dihadapan orang lain

Kaedah kesebelas: Terutama, dilakukan untuk suami. Boleh juga ditampakkan dihadapan yang halal melihat perhiasannya sebagaimana difirmankan oleh Alloh Azza wa Jalla dalam Al-Qur''an ayat 31 dari surat An-Nur

Kaedah keduabelas: Jangan bertentangan dengan fitrah

Kaedah ketigabelas: Jangan sampai menampakkan aurat ketika dikenakan. Aurat wanita di hadapan sesama wanita adalah dari mulai pusar hingga lutut namun itu bukan berarti seorang wanita bisa dengan wanita menampakkan perut punggung atau betisnya di hadapan sesama wanita tetapi maksudnya adalah bila diperlukan, seperti ketika hendak menyusukan anak atau mengangkat kain baju untuk satu keperluan sehingga sebagian betisnya terlihat, dst. Adapun bila ia sengaja melakukannya karena mengikuti mode dan meniru wanita-wanita kafir, tidak dibolehkan. Wallahu''alam. Dan terhadap kaum laki-laki adalah seluruh tubuhnya tanpa terkecuali.

Kaedah keempat belas: Meskipun secara emplisit, jangan sampai menampakkan postur wanita bagi laki yang bukan mukhrim menampakkan diri wanita dan menjadikannya berbeda dari wanita lain, sehingga menjadi pusat perhatian. Itulah yang dinamakan: jilbab modis.

Kaedah kelima belas: Jangan sampai meninggalkan kewajibannya, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian wanita pada malam pengantin mereka atau pada berbagai kesempatan lainnya.

Inilah beberapa kaedah penting bagi wanita dalam berhias sebatas yang nampak bagi penulis dari nash-nash syari'at dan pernyataan para ulama hendaknya setiap wanita menghadapkan diri kepada masing-masing kaedah ini ketika berhias. Satu saja yang hilang, maka berati ia dilarang berhias dengan cara itu. Wallahu 'alam

sumber: http://mediamuslim.org/

Baca Selengkapnya..

Sang Penyelamat

27 Juni 2008

Aku hanya selembar kain
Segi empat tidak terlalu lebar
Hargaku juga hanya sepuluh ribu saja

Aku menghiasi kepala beberapa wanita
Dan mereka menamaiku Bando dan Bandana

Kadang juga aku menghiasi leher jenjang seorang wanita
Simpulku berpita tampak indah di leher yang jenjang itu

Tak jarang juga aku menghiasi pinggang yang ramping
Sebagai … ikat pinggang melingkar indah di pinggang yang ramping itu

Para wanita itu memakaiku hanya sebagai hiasan
Yah … fungsiku hanya sebagai hiasan badannya saja

Mereka kurang paham
Bahwa aku
Selain sebagai hiasan yang memperindah penampilannya
Aku juga dapat menyelamatkan

Ya …. aku dapat menyelamatkan seorang wanita
Dari siksaan yang pedih apabila aku digunakan
sebagai penutup aurat

Ya … aku bisa sebagai penutup aurat
Para wanita itu akan menjaga akhlak dan perbuatannya

Bahkan aku juga sebagai penyelamat
Ketika seorang wanita tidak bisa menata rambutnya dengan pantas
Bahkan ketika wajahnya kuyu aku menyelamatkan dengan warna warna ku yang cerah
Sehingga wajah yang kuyu itu menjadi sedikit bersinar karena ku

Ya … aku bisa menyelamatkan penampilannya di dunia
Maupun menyelamatkan hidup abadinya dia di “sana”
Ya … akulah selembar jilbab


Ratih Sanggarwati
diambil dari kumpulan puisi hati by Ratih Sang “Bila Ibu Boleh Memilih”

Baca Selengkapnya..

Magnet Hati

Penulis : Rudi Setiawan

Setiap manusia yang diciptakan Allah, memiliki potensi menerima dan menolak. Potensi menerima dan menolak merupakan sebuah keniscayaan pada diri manusia. Jika tidak memiliki potensi ini, berarti ia telah kehilangan dirinya, kehilangan rahasia wujudnya. Ia ibarat pohon kering yang daunnya berguguran, tidak hijau dan tidak hidup. Ia juga ibarat pohon yang tidak berbuah, hidup tapi seperti mati. Ia tidak memiliki pengaruh dalam kehidupannya karena hanya dapat mengambil tetapi tidak dapat memberi.

Potensi menerima dan menolak sangat dipengaruhi oleh hati. Bila hatinya baik, maka ia akan cenderung menerima kebaikan dan menolak keburukan. Sebaliknya, bila hatinya buruk, maka ia cenderung menerima keburukan dan menolak kebaikan. Hati adalah raja. Ia pengendali setiap langkah manusia. Ia bersama akal berperan dalam menentukan setiap keputusan. Ia menjadi barometer buruk tidaknya manusia. "Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Bila ia buruk, maka buruklah seluruh tubuh," demikian sabda Rasulullah SAW mengenai hati.

***

Hati yang Hidup

Di antara umat Islam, ada beberapa orang biasa yang kedudukannya sangat istimewa di hadapan Allah. Ia bukan ulama, bukan pula syuhada. Kedudukannya itu telah membuat syuhada, ulama, bahkan para nabi iri hati. Mereka dapat menyingkap rahasia kehidupan. Mereka dapat menyingkap rahasia Allah dalam dirinya, sehingga ia dapat menggunakan potensi indra penglihatan, pendengaran, dan hati sesuai dengan kehendak Allah SWT. Ia mampu mengendalikan semua indranya untuk ketaatan kepada Allah. Ia gerakkan organ tubuh dan jiwanya dalam ketekunan dan kekhusyuan beribadah.

Dari dalam jiwanya lahir gelombang semangat. Ia hidupkan malam-malamnya dengan tahajud dan berdo'a menyesali setiap kekeliruan. Siangnya ia tebarkan kasih sayang dan kebaikan. Ia seru manusia agar kembali ke jalan Allah. Ruh dan hatinya menjadi penarik setiap hati manusia yang kembali menemukan pintu hidayah. Hatinya menjadi "magnet" hati-hati yang lain. Hatinya telah mendapat petunjuk dan perlindungan dari sang Maha Pemberi Petunjuk.

Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepadaNyalah kamu akan dikumpulkan." (QS. Al-Anfal [8] : 24).

***

Hati yang Kering (Mati)

Allah telah menggambarkan orang yang kering hatinya dan berkarat jiwanya dalam Al-Qur'an, "Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Baqarah [2] : 74).

Abbas As-Siisiy dalam buku Ath-Thariq Ilal Qulub (Bagaimana Menyentuh Hati (1420 H)) menjelaskan, dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa batu itu sensitif, bahkan ketika ia meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Tetapi kita tidak memiliki peralatan yang dapat membuka rahasia, bagaimana batu itu dapat sensitif. Namun kita yakin melalui ayat tersebut bahwa ia memang sensitif, takut, dan melekat satu sama lain karena takutnya kepada Allah.

Batu sensitif, gemetaran, dan melekat satu sama lain karena takut kepada Allah, lanjut Abbas As-Siisiy, lalu bagaimana dengan manusia yang banyak diberikan Allah kenikmatan yang besar, seperti akal, perasaan, dan hati sebagai penitipan rahmat. Sebagian manusia yang hatinya hidup mensyukuri semua kenikmatan Allah. Dan sebagian besar yang lain kurang mensyukuri atau bahkan tidak bersyukur sama sekali terhadap pemberi rezeki, Allah SWT. Manusia yang kufur nikmat ini telah mati hatinya. Sebagaimana firman Allah, "Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." (QS. Al-Baqarah [2] : 10).

Orang yang mati hatinya, sukar untuk menerima kebenaran. Ia akan bertindak sesuai dengan kehendaknya. Nafsu syahwatnya menjadi pengendali, sehingga ia akan menjadi mahluk yang angkuh dan sombong. Karena itu, berlindunglah dari hati yang keras, hati yang mati, hati yang dikendalikan nafsu. "Ya Allah, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi."

sumber: http://kotasantri.com/

Baca Selengkapnya..

Rezeki itu Tak Pernah Salah Alamat

26 Juni 2008

Oleh : Adi Supriadi, S.Sos

Jika kita termasuk yang sering bercukur di tukang cukur bermerk "Pangkas Rambut", cobalah bertanya kepada si akang pemangkas rambut tersebut perihal pendapatannya, maka kita akan takjub bagaimana dia bisa memperoleh 100 hingga 200 ribu perhari?

Kemudian tanyakan juga kepada para pedagang toko kecil yang banyak berdiri di sudut jalan atau ujung gang, biasanya mereka menjual rokok, penganan kecil seperti biskuit dan permen dan juga kebutuhan rumah tangga seperti sabun dan pasta gigi.

Hampir semua pemilik warung kecil itu selalu ada saja yang membeli barang dangangan mereka. Semua pun tahu, bahwa nyaris semua penjahit yang datang dari padang kemudian mencari nafkah di Kalimantan Barat atau di wilayah lain, tetapi kenyataannya mereka tetap hidup dan bisa sejahtera.

Seperti halnya tempat-tempat penambal ban maupun bengkel motor di pinggir jalan itu sering kita panggil "Ucok" yang menandakan mereka datang dari Sumatra Utara, tetapi tetap bisa mendapat uang di rantau orang. Tentu sangat menarik memperhatikan fenomena ini, karena masing-masing mereka sudah ada 'jatah' rezeki dari Allah Swt. Seperti halnya semut yang kecil itu atau nyamuk.

Makhluk Allah ini mempunyai rezeki masing-masing. Dan Allah Maha Adil membagi-bagi rezeki kepada setiap makhluk di muka bumi ini.

Lebih jelasnya, setiap orang itu akan mendapatkan rezeki tergantung dari keterampilan yang dimilikinya. Orang yang memiliki skill memotong rambut, maka ia akan membuka usaha cukur rambut. Orang yang mendapatkan pelayanan dari keahlian si tukang cukur, akan membayar sesuai jerih payah dan keahlian tersebut.

Sama halnya dengan kita, keterampilan apa yang bisa kita "jual" agar pihak lain mau mengeluarkan sejumlah uang sesuai keahlian yang kita miliki itu. Intinya, jangan pernah berharap rezeki akan datang begitu saja tanpa ada satu usaha untuk menunjukkan satu bentuk keterampilan yang kita miliki. Lebih dari satu keterampilan yang kita miliki, Insya Allah akan lebih pula yang bisa didapat. Tidak punya keterampilan satu pun, siap-siap selalu gigit jari karena kesempatan selalu terlewat begitu saja tanpa bisa kita raih.

Misalnya begini, pernah ada seorang kawan yang bertanya perihal lowongan di tempat saya bekerja. Kemudian saya tanya, "Mengoperasikan mesin jahit bisa? Bisa memotong kain dengan mesin tidak ?" Untuk dua pertanyaan tersebut, jawabannya sama : Tidak. Ooh, ya kalau begitu saya ajukan satu pertanyaan lagi, "Bisa mengemudi mobil?" Berhubung saat itu di kantor memang sedang membutuhkan seseorang dengan keahlian tersebut. Nyatanya, ia juga menjawab "Tidak" meski dibubuhi kalimat pendukung, "tapi saya bisa belajar kok"

Agak sulit bagi siapa pun untuk membantu mencarikan pekerjaan buat seseorang yang tidak memiliki satu pun keterampilan. Bahkan seorang Office Boy (OB) sekalipun memiliki keterampilan khusus yang menjadi prasyarat ia bisa diterima bekerja sebagai office boy.

Rezeki tidak pernah salah alamat, itu pasti. Kalau mengibaratkannya dengan seorang tukang pos pengantar surat, ia tidak akan pernah kesulitan mengantar surat jika tertera alamat yang jelas dan lengkap. Ditambah lagi, si pemilik rumah pun semestinya menuliskan alamat rumahnya dengan jelas, seperti nomor rumah, RT/RW dan lain sebagainya, agar pak pos tak kesulitan mencocokkan alamat tertera di surat dengan alamat kita. Jangan salahkan jika tukang pos kebingungan mencari alamat kita, karena boleh jadi kita memang tak memasang alamat jelas di depan rumah.

Jadi, tunjukkan kemampuan, keterampilan, dan keahlian yang kita miliki. Agar orang lain bisa melihatnya dengan jelas dan memberikan kesempatan terbaik buat kita. Karena rezeki memang tidak pernah salah alamat, hanya kadang kita sendiri yang tak menunjukkan alamat jelas, sehingga seringkali rezeki berlalu begitu saja. **

sumber: http://dudung.net/

Baca Selengkapnya..

Istimewanya Wanita

24 Juni 2008

Penulis : Rinna Fridiana

Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia, namun harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan.

Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya.

Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh.

Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya.

Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya.

Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada di sisi suaminya tanpa ragu. Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk diteteskan. Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan bila mana ia perlukan.

Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, susuk yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya. Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, karena itulah pintu hatinya, tempat di mana cinta itu ada.

***

Bukan yang pertama tulisan seperti itu saya baca. Tiga tahun lalu, saya menerima kado ulang tahun dari suami yang disertai tulisan yang hampir mirip seperti itu, saya juga pernah membaca di beberapa majalah yang memuat kutipan kata-kata yang sama, dan kemarin seorang teman mengirimkan tulisan itu ke alamat e-mail saya. Sekilas melihatnya saja, saya sudah merasa tahu seperti apa isinya. Namun karena tulisan itu selalu membuat hati saya bergetar, maka saya kembali membacanya dengan hati-hati dan berusaha menikmati kembali getaran yang ada. Subhanallah, masih bisa terasa nikmatnya rasa syukur yang dalam.

Tanpa bermaksud merendahkan kaum lelaki sebagai imam keluarga, alhamdulillah, saya diciptakan sebagai wanita. Lihat saja dalam tulisan itu, bagaimana istimewanya Allah SWT menciptakan wanita. Bagaimana banyaknya kesempatan-kesempatan yang diberikan untuk berbuat kebaikan, bagi anak-anaknya, bagi suaminya. Semoga setiap wanita bisa memanfaatkan setiap kesempatan baik itu. Namun pertanyaan yang terpenting adalah, apakah sebagai wanita kita sudah memahami peran kita? Apakah kita sudah memanfaatkan kekuatan yang kita miliki yang sudah demikian istimewanya diberikan oleh Sang Pencipta bagi kaum wanita? Sudahkah?

Apakah benar kita telah menyediakan bahu kita untuk bersandar bagi bayi-bayi kita? Putra-putri tercinta yang telah kita lahirkan ke dunia dengan perjuangan di ujung maut? Atau kita terlalu sibuk mengurus diri, terlalu sibuk bercanda dengan tetangga dan kolega, sehingga kita menyerahkan urusan anak-anak sepenuhnya pada si bibi, pada baby sitter, serta enggan untuk berepot ria menggendong dan menyalurkan cinta kasih melalui pelukan bagi seseorang yang katanya buah hati kita. Ya Allah, semoga hati kita senantiasa dilembutkan untuk selalu mau menyediakan waktu buat sekedar menyediakan bahu bagi bersandarnya kepala anak kita dikala mereka membutuhkan.

Apakah benar kita sudah cukup punya kekuatan untuk membangun kesabaran sebagai ibu atas penolakan anak-anak kita? Jangan sampai kita malah memberinya sumpah serapah manakala mereka enggan kita mintai tolong, jangan sampai kita malah memakinya dengan umpatan atas penolakan mereka pada nasehat kita selaku orangtuanya. Jangan lupa, nasehat terbaik adalah dengan contoh perilaku dari kita sebagai orang yang bertanggung jawab atas perkembangan sikapnya. Jangan sampai kita menggerutu dengan mengeluarkan kata-kata penyesalan karena telah melahirkan anak-anak kita, ingatlah bahwa mereka tidak minta dilahirkan dari rahim kita. Mereka ada karena Allahmenitipkan mereka pada kita. Mereka ada karena Allah mempercayakan mereka pada kita untuk kita didik dan besarkan menurut ajaranNya. Bagaimana mungkin kita berani mencelakakan anak-anak kita yang merupakan titipanNya apalagi mampu untuk membunuhnya dengan alasan apapun, na'udzubillah.

Apakah benar kita sudah cukup punya kekuatan untuk tetap tegar mendampingi suami manakala kesulitan dan keraguan menghampiri kita? Ataukah kita mengomel siang malam saat gaji suami tidak mampu menutupi kebutuhan hidup sehari-hari? atau kita marah tak terkendali manakala kita menemukan kejanggalan atas perilakunya. Kita mencurigai setiap perubahan sikapnya dan memvonisnya berselingkuh manakala kecemburuan tak lagi terkendali? Dan terlupa bahwa mungkin segala perilakunya akibat dari sikap kita sebagai istrinya, terlupa bahwa mungkin perubahan sikapnya jutru sebagai dampak dari cara kita melayaninya, cara kita memandangnya. Ah, mungkin lebih baik kita koreksi diri dulu, intropeksi diri untuk kemudian kita bicarakan dari hati ke hati dengan suami, mencari jalan keluar terbaik bersama-sama untuk menemukan solusi dari setiap permasalahan. Pasti akan terasa indahnya suatu hubungan manakala kita dengan tawadhu membangun komunikasi rutin.

Dan setiap tetesan air mata kita, semoga terlahir dari hati yang lembut yang hanya berharap ridha Allah semata. Bukan tetesan air mata karena rasa sakit hati atas perlakuan anak-anak kita, bukan tangisan karena sakit hati atas sikap suami kita, bukan tangisan penyesalan karena kita merasa kehilangan benda, kehilangan nama baik, kehilangan kesempatan mendapatkan rejeki atau kehilangan peluang hebat menjadi sesuatu yang lebih berarti. Semoga tetesan air mata kita, tangisan hati kita, lebih kepada penyesalan karena kita tidak cukup baik untuk menjadi umatNya, sehingga kita merasa harus memperbaiki diri dari waktu ke waktu. Semoga banjirnya hati kita disebabkan karena kita merasa tak punya cukup cinta di dalam hati yang bisa kita persembahkan buat Allah dan orang-orang di sekitar kita.

sumber: http://kotasantri.com/

Baca Selengkapnya..

Apalah Arti Sebuah Jilbab

23 Juni 2008

Busana merupakan topik bahasan penting dan menarik. Busana bagi seorang muslimah yang merupakan cerminan kepribadian, status dalam strata sosial, kebutuhan estetika, selera dan segudang kebutuhan lainnya yang sifatnya manusiawi. Karena baginya warna, bentuk, jenis, model busana, ngetrennya mode, dan kesesuaian busana dengan iklim tempat adalah mempunyai nilai kepuasan tersendiri dan dunia tersendiri. Maka tidak aneh lagi, kita akan menemukan banyak wanita berkerudung di kantor-kantor, di TV, media cetak, bandara, bursa efek, pertunjukan teater dan tempat lainnya. Mereka menggunakan busana dengan bentuk dan jenis busana muslimah yang beragamsesuai dengan kondisi tepat dan sosial mereka berada.

Ya, memang benar, busana muslimah kini sudah go public. Bahkan busana ini sudah dipakai oleh para selebritis. Maka dengan keadaan ini munculah model model busana muslimah yang dilabeli nama selebritis pemakaiannya.

Sungguh, menyenangkan tatkala jilbab ini tidak lagi asing di masyarakat kita bahkan menjadi busana trendi.

Namun apakah perkembangan busana muslimah ini tidak meninggalkan esensi dari jilbab itu sendiri?

Bagi seorang muslimah, busana muslimah cerminan kepribadian muslimah, yang akan menampakkan keindahan sifat sifat dari wanita Islam dan senantiasa istiqomah di dalam kehormatan diri dan kehormatan agamanya.

Jilbab mempunyai nilai arti yang besar bagi seorang muslimah. Jilbab merupakan suatu simbol dan bukti keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Jilbab tidak hanya mempunyai dimensi benda benda saja, namun mempunyai dimensi gerak, yakni sebagai proses melaksanakan perintah perintah Allah SWT.

Selain itu Jilbab mempunyai nilai fungsi dalam kehidupan seorang wanita, yaitu

* Melindungi muslimah dari fitnah.
Sudah menjadi kenyataan bahwa daya tarik perempuan bagi laki laki merupakan tipu daya tak bisa dianggap enteng. Seperti tragedi antara Nabi Yusuf dan Zulaikha.Wanita memang menarik, tapi bukan berarti ia hidup untuk menarik perhatian lawan jenis. Tetapi wanita muslim hidup hanya untuk Allah SWT yakni Tuhannya, dengan cara menjalankan keinginan Tuhannya, yang membuat dirinya jauh dari fitnah. Allah memerintah muslimah untuk menutup auratnya ( jilbab ), demi kebaikan hidup muslimah sendiri. Agar tidak diganggu oleh laki-laki yangbernafsu liar. Jilbab ini dapat meredam daya tarik tubuh luar biasa, sehingga seorang muslimah akan jauh dari godaan laki-laki pengumbar hawa nafsu. Hendaklah mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuhnya, karena itu mereka tidak akan diganggu. ( Qs Al-Ahzab ayat 59)

* Mengangkat derajat dirinya di mata Allah.
Dengan berjilbab, seorang muslimah akan senantiasa meluruskan niat dan menjaga prilaku agar dalam koridor penghambaan diri kepada Allah, bukan kepada mahluk-Nya. Berjilbab baginya adalah ibadah, apabila ibadahnya ingin diterima oleh Allah, maka ia akan berusaha berjilbab yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah semata.

* Menjadi kontributor dalam menciptkan lingkungan sehat.
Dengan berjilbab, ada suatu keinginan untuk memperbaiki diri terus-menerus, dan menggali AL-Islam lebih mendalam. Sikap ini akan membangun keinginan dirinya untuk menjadi suri tauladan bagi lingkungan yang tidak Islami.

* Sebagai perisai dari perbuatan tercela.
Jilbab akan mempunyai nilai kemuliaan Islam, gambaran keindahan diri muslimah, dan akan menjadi benteng kekuatan dari perbuatan tercela dan tipu daya syetan. Apabila niat memakainya adalah hanya untuk Allah, dan karena Allah semata, serta tujuan hanya untuk melaksanakan perintah Allah semata. Apabila ada bisikan syetan yang mengajak untuk melanggar aturan Allah, maka akan teringatlah dengan jilbabnya, bahwa sesungguhnya jilbab ini adalah identitas kemuliaan Islam, bukti ketaatan dirinya pada Allah, dan merasa malu melanggar janji dirinya pada Allah. Ia akan selalu mengingat bahwa hidup untuk beribadah kepada Allah dengan selalu berusaha perintah-Nya. Ia akan selalu mengingat pada perkataan Rabbnya kepada dirinya : .. dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedalam dadanya, dan janganlah menampakan perhiasanya. ( An-Nissa :31). Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Al-Ahzab : 59)

Jadi, nilai dan fungsi jilbab seorang muslimah akan menentukan bagaimana dia berpenampilan dan berprilaku di kehidupannya. Apabila seorang muslimah berjilbab benar dalam bernilai dan berfungsi Islam, maka akan nampak kemuliaan yang terkandung di dalam kehidupannya. Amien.

Resep sederhana untuk mengangkat derajat wanita:

- Memakai busana muslimah yang menutupi seluruh badan selain wajah dan kedua telapak tangan.
- Bentuk baju yang tidak ketat dan tidak membentuk tubuh.
- Baju yang dipakai tidak tipis temaran sehingga warna kulit masih bisa dilihat.
- Jenis baju yang digunakan tidak menyerupai laki-laki atau wanita non muslim.
- Warna baju tidak membuat menyolok sehingga tidak mengundang perhatian orang.
- Dipakai busana tersebut tidak maksud untuk pamer tapi ikhlas karena Allah (ANS)

sumber: http://share.geocities.com/

Baca Selengkapnya..

Gaun Pengantin Untuk Muslim

22 Juni 2008



Pernikahan dalam Islam, bukanlah hanya sekedar formulasi hubungan kasih sayang suami istri dan pergantian status serta upaya pemenuhan kebutuhan manusia. Pernikahan bukan sekedar upacara sakral yang merupakan bagian dari proses kehidupan manusia, akan tetapi merupakan ibadah yang disyaratkan oleh Allah SWT. Oleh karenanya menjalankan pernikahan merupakan bukti ketundukan seorang hambanya kepada sang Allah. Sudah merupakan suatu kewajaran jika seorang muslim ingin menyempurnakan ibadahnya. Termasuk dalam menjalankan pernikahan.

Pelaksanaan pernikahan

Setiap muslim pasti ingin melaksanakan ibadahnya secara sempurna. Berkaitan dengan pernikahan Islami, maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian agar tidak menyalahi aturan-aturan Islam. Mulai dari perencanaan sampai saat pelaksanaan resepsi pernikahan. Perkawinan adalah suatu momen yang mendebarkan bagi kehidupan seseorang. Begitu pula dengan gaun yang akan dikenakan. Pilihlah desain kebaya yang sesuai dengan usia, bentuk dan tinggi badan. Untuk yang berusia muda, pilihlah busana kebaya yang panjangnya tidak melebihi pinggang atau lebih panjang dengan aksen bordir yang sederhana. Untuk gaun pengantin sebaiknya tetap dibuat berkesan mewah dan tetap anggun. Dengan bahan lace atau brokat yang dilapis dengan bahan pelapis chiffon yang tidak menerawang. Modelnya cukup model kebaya panjang hingga sebetis atau kalau tubuh Anda cukup tinggi dan proporsional panjangnya dapat hingga mata kaki. Kebayanya berlengan panjang agak melebar pada bagian ujungnya dan berkerah Cina (tertutup), serta berkancing depan sampai batas bawah perut. Kenakan kain yang senada dengan pengantin pria, dan juga kenakan penutup kepala tanpa motif yang simpel saja, dan dilengkapi dengan selendang lebar dari bahan renda yang senada dan satu nuansa dengan kebayanya sebagai kerudungnya.

Mengenai pemilihan warna sebaiknya yang berwarna netral saja seperti, krem keemasan, broken white atau warna-warna lainnya yang menurut Anda pantas dan cocok dengan warna kulit Anda. Warna kebaya yang lembut cocok untuk dikenakan pada siang hari. Sebaliknya warna yang lebih terang atau cenderung gelap cocok untuk dikenakan dalam acara di malam hari. Untuk acara pesta yang bersifat formal, kebaya dari bahan organdi atau brukat dapat menjadi salah satu alternatif pilihan. Selain dengan kain panjang, Kebaya dapat juga dipadukan dengan rok ataupun celana panjang. Gunakan aksesori yang sesuai dengan warna dari kebaya Anda.

Kebaya sesuai dengan ukuran badan

Kebaya untuk yang berbadan tinggi kurus, Anda bisa memanfaatkan bahan brokat pink tersebut untuk dibuat kebaya panjang di atas lutut dengan kerah sabrina yang dapat menutupi tulang di bagian leher. Atau Anda juga dapat memilih model kebaya yang berleher agak rendah dan berbentuk U, dengan panjang kebaya cukup sampai di tengah paha atau di atas lutut (jangan terlalu panjang). Sebagai aksen pemanis, beri sedikit payet-payet pada seluruh kebaya yang tersebar secara merata. Lapisi bahan brokat dengan bahan tissu tersebut agar tubuh Anda yang cenderung kurus bisa tampak berisi. Agar lebih menarik lagi, padukan setelan tersebut dengan sarung dan selendang bercorak mencolok untuk menyamarkan tubuh, sehingga sekali lagi dapat membantu Anda untuk tampak lebih berisi.

Kebaya untuk yang bertubuh mungil, sebaiknya hindari busana muslim yang terlalu bertumpuk, longgar dan berwarna gelap. Cobalah pilih gaya berbusana muslim dengan model yang simpel seperti: blus tunik dari bahan thai silk dengan hiasan ordir dan paduan celana panjang berpipa lurus (jangan terlalu lebar karena Anda tergolong bertubuh pendek) dengan warna dan bahan yang sama dengan blusnya. Dengan kulit yang kuning langsat, Anda dapat mengenakan warna-warna bernuansa pastel atau warna-warna solid seperti : biru tosca, ungu, fuchsia, merah maroon, orange atau juga hijau terang.

Busana muslim yang baik

Busana muslim yang baik adalah yang tidak ketat membentuk tubuh, tidak tipis atau transparan, serta mesti menutup aurat (seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan). Namun begitu, busana ini sebenarnya bisa dibikin nyaman dan modis, tanpa harus memperlihatkan aurat. Bahkan bisa dimix and match alias dipadukan dengan bahan serta aksesoris lainnya, agar lebih terlihat indah. Memang, masih ada yang mengenakan busana muslim setengah-setengah. Artinya belum tertutup semuanya. Kerudung pun masih bisa dilepas. Tapi itu, kan, hak masing-masing pribadi.

sumber: http://www.weddingku.com/

Baca Selengkapnya..