Merancang Anggaran Pesta Nikah

04 Juli 2008

Pesta pernikahan Ardhia dengan Benny berlangsung meriah dua pekan lalu. Sebuah ball room di hotel bintang lima, mereka sewa untuk menggelar pesta itu. Usai pesta, pasangan ini melanjutkan bulan madu ke Bali. Tapi, pulang dari Bali, bukan kebahagiaan yang muncul, tapi kepanikan. Betapa tidak, saldo tabungan mereka di bank tinggal ratusan ribu rupiah. Alhasil, pengantin baru ini menjalani masa-masa awal berumah tangga dengan kebingungan.

Pasangan yang hendak menikah, umumnya sibuk memikirkan pesta nikah mereka. Boleh-boleh saja sih. Tapi mestinya, mereka tak cuma fokus pada pesta itu, tapi juga saat-saat setelah pernikahan. Agar tak sampai mengalami hal mengenaskan seperti Ardhia dan Benny, perencana keuangan Mike Rini Sutikno menyarankan untuk menyeimbangkan penghasilan dengan alokasi dana pernikahan. ''Tentu, pengantin baru tak mau kan, sehabis nikah mikirin utang. Karena itu, perlu persiapan dan perincian dana yang memadai,'' tutur dia.

Dari dana yang disiapkan, pemilik Mike Rini & Associates ini merinci ke dalam beberapa pos. Pos pertama, biaya pokok yang tidak bisa diganggu gugat, seperti biaya menikah di KUA, membayar penghulu, mas kawin, make up, dan busana akad. Pos kedua, biaya pesta, seperti sewa gedung, catering, undangan, dekorasi hingga cenderamata.

Pos ketiga adalah dana cadangan. Biaya ketiga ini, lanjut Mike, seringkali terlupakan oleh pasangan. Padahal, cadangan dalam bentuk cash sangat penting untuk sesuatu yang tak terduga. Anggarannya antara 10 persen hingga 15 persen dari jumlah pos pertama dan kedua. Mike mencontohkan, jika pasangan menganggarkan dana pernikahan sebesar Rp 10 juta, langsung saja potong 10 persen (Rp 1 juta) untuk biaya cadangan. Sisanya, Rp 9 juta digunakan untuk biaya pokok, seperti membayar penghulu, sisanya lagi baru untuk pesta.

Skala prioritas

Dari tiga pos yang disebut Mike, biaya pestalah yang bisa 'dimainkan'. Bagaimana memainkannya? Nurul Fithrati, pemilik Launa Wedding Organizer, menyebut lima skala prioritas yang perlu dicermati dalam merancang anggaran pesta nikah. Lima skala prioritas itu adalah: busana plus rias pengantin, dekorasi pelaminan dan ruangan, foto-video shooting, undangan, dan cenderamata. Menurut Nurul, dana untuk setiap skala prioritas ini masih mungkin untuk ditekan. Namun, mesti dipertimbangkan pula berapa jumlah undangan, juga tempat pesta akan digelar (di rumah atau di gedung). ''Sebab, semua itu sangat memengaruhi perhitungan anggaran pesta,'' papar Nurul.

Untuk hidangan pesta dari katering, khususnya di Jakarta, yang termurah saat ini adalah Rp 21 ribu per porsi. Jika ingin menekan anggaran di pos ini, bisa dilakukan dengan cara mengurangi jumlah tamu. Make up pengantin juga bisa disiasati. Untuk menghemat biaya, pilih saja rias konvensional yang biayanya sekitar Rp 500 ribu. Yakinlah, riasan ini masih oke dan jauh lebih murah ketimbang make up artis (Rp 1,5 juta), atau rias adat (Rp 2,5 juta). Biaya dekorasi pelaminan pun bisa dihemat sampai Rp 1 juta.

Bagaimana dengan biaya foto dan video? Untuk pos ini, kata Nurul, sebaiknya tak dikurangi. ''Karena foto menjadi kenangan sepanjang masa'' Anda juga bisa berhemat di pos undangan dan cenderamata. Saat ini, harga undangan berkisar Rp 1.000 sampai Rp 5.000. ''Tapi, kalau undangan tidak perlu mahal, karena setelah itu dibuang. Harga Rp 1.500 saja sudah bagus.'' Begitu pun cenderamata. Tersedia beragam pilihan, harganya pun tidak mahal. Pilih saja, cenderamata yang murah namun unik dan bermanfaat. Asal telaten mencari, Anda pasti menemukan cenderamata yang oke namun pas dengan isi kantung.

Percayakah Anda, jurus penghematan ini bisa memangkas biaya pesta nikah dalam jumlah yang lumayan signifikan. Untuk pesta nikah yang digelar di rumah, angka penghematan bisa mencapai Rp 4 juta sampai Rp 5 juta. Dan untuk Anda yang berniat menggelar pesta di gedung, maka dengan dana Rp 27 juta, Anda sudah bisa menggelar pesta cukup meriah di gedung yang memadai. Jadi, pesta nikah, tak perlu jadi masalah, kan?

sumber: http://republika.co.id/

0 komentar: