Makanan Sebagai Obat di Era Peradaban Islam

17 April 2009

Mengatur pola makan merupakan hal yang sangat penting dalam ilmu pengobatan.


''Setiap penyakit ada obatnya,'' begitu bunyi salah satu hadis Rasulullah SAW. Para dokter dan ilmuwan Muslim di era keemasan telah berupaya mencari dan menemukan beragam bentuk pengobatan. Yang menarik, dokter-dokter Muslim di zaman kejayaan peradaban Islam mampu menjadikan makanan sebagai obat.

Menurut Prof Nil Sari dalam tulisannya bertajuk Food as Medicine in Islamic Civilization, dokter Muslim seperti Ibnu Sina (980-1037 M) dan Ibnu al-Baitar telah berhasil menjadikan makanan sebagai obat. Avicena – begitu masyarakat Barat biasa menyebutnya -- pada abad ke-11 M sudah menulis manuskrip tentang diet dan makanan sebagai obat.

Sang dokter memasukkan resep makanan yang berkhasiat sebagai obat itu dalam ilmu kedokteran. "Dalam salah satu risalahnya, Ibnu Sina menetapkan enam aturan hidup sehat, salah satunya menyatakan bahwa makanan berfungsi obat, melalui diet seimbang," ungkap Prof Nil Sari, kepala Departemen Sejarah dan Etika Pengobatan dari Universitas Istanbul, Turki.

Para dokter Muslim di era keemasan telah menerapkan diet kepada para pasiennya. Makanan telah menjadi bagian terpenting dalam pengobatan, bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. "Mengatur pola makan merupakan hal yang sangat penting dalam ilmu pengobatan," papar Prof Nil Sari.

Ilmuwan dan dokter Muslim al-Razi juga menekankan pentingnya penyembuhan penyakit melalui pola makan. "Jika kamu dapat menyembuhkan seseorang dengan diet (mengatur pola makan), maka jangan menyarankan pengobatan," ujar Prof Nil Sari mengutip pernyataan al-Razi.

Pemikiran dan gagasan dari para dokter Muslim terdahulu mengenai fungsi makanan sebagai obat telah diterapkan masyarakat Muslim di era kekuasaan Kekhalifahan Usmani Turki. Menurut Prof Nil Sari, prinsip kesehatan dan nutrisi seimbang dalam pengobatan Turki Usmani didasarkan pada teori "unsur" dan "humours".

Prof Nil Sari mengungkapkan, tubuh manusia memiliki empat unsur atau sifat, yakni; panas, dingin, basah, dan kering. Selain itu, dalam tubuh manusia juga terdapati empat zat cair atau humours, yakni: darah, dahak/lendir, cairan empedu kuning dan cairan empedu hitam.

Berdasarkan teori unsur dan humoural yang ada dalam tubuh manusia, makanan diklasifikan dalam empat jenis. Menurut Prof Nil Sari, makanan dan minuman dapat mempengaruhi keseimbangan humoural. "Makanan dan minuman secara alami membangkitkan darah. Karena penyakit juga terdiri dari panas, dingin, kering dan basah, penyakit bisa dirawat dengan makanan atau pengobatan," ujarnya.

Makanan dan minuman yang berpengaruh dalam keseimbangan humoral juga diklasifikasikan berdasarkan teori elemen seperti panas, dingin, kering, serta basah. Menurut Prof Nil Sari, penyakit pun terdiri dari empat jenis, yakni panas, dingin, kering dan basah. ''Setiap penyakit ditangani dengan makanan dan obat yang memiliki kualitas yang berlawanan,'' paparnya.

Menurut Prof Nil Sari, makanan dingin bisa membentuk dahak, contohnya, ketimun, labu, serta selada. Makanan dingin menyebabkan kelemahan. Makanan panas, lanjut dia, secara alami membentuk cairan empedu kuning. Makanan panas adalah makanan yang mengandung rempah-rempah dan bumbu, seperti jahe, lada, ketumbar kering, kayu manis, bawang serta bawang putih.

''Sedangkan makanan kering akan membentuk empedu hitam, itu karena sifatnya melankolis,'' paparnya. Makanan jenis ini, kata dia, bisa membuat seseorang yang kehilangan nafsu makan dan sembelit. Makanan yang termasuk jenis itu antara lain: padi, kacang-kacangan dan daging kering.

Jenis makanan lainnya adalah makanan basah. Makanan jenis ini memiliki ciri tak terlalu berasa asin, manis, asam atau pahit. Makanan ini dapat mengurangi efek. Mie dan bayam yang dimasak dengan nasi dan daging merupakan contoh makanan basah.

Menurut Prof Nil Sari, makanan juga diklasifikasikan berdasarkan pencernaan, yakni makanan lembut dan makanan. Makanan lembut bisa membantu membantu mengusir residu dalam makanan. Mengkonsumsi makanan lembut berfungsi untuk memanaskan darah serta memproduksi cairan empedu kuning.

Makanan seperti ini, lebih banyak terkandung dalam sayuran (terutama lobak dan sawi), kaldu daging, kuning telur, hati, daging domba dan kacang dan sup buncis, burung merpati muda, burung pipit, acarn bawang, bawang putih, acar lobak dengan cuka, acar gula bit dengan sawi.

Prof Nil Sari menambahkan, makanan seperti roti gandum murni, buah yang masak di pohon, serta buah ara matang bisa memberikan kekuatan penuh. Prof Nil juga memaparkan sayuran dan buahan merupakan makanan yang menyembuhkan. Contohnya, buah ara, anggur yang masak penuh dan biji merupakan makanan yang menyembuhkan dalam masalah ilmiah dan bisa dimakan dengan hemat.

Hidangan Ikan dan Burung Sebagai Obat

Pada abad 17 M, seorang penulis asal Turki, Evliya Celebi mengungkapkan ada beberapa jenis daging burung dan ikan yang biasa diberikan kepada pasien di Rumah sakit Fatih Sultan Mehmet Han Mental dan di rumah sakit Bayezid di Edirne. Daging burung dan ikan itu disajikan sebagai obat.

"Makanan lezat dari daging burung disediakan kepada pasien setiap dua kali sehari,'' papar Prof Nil sari mengutip pernyataan Evliya Celebi. Beragam jenis daging burung berkhasiat obat yang biasa dihidangkan untuk para pasien itu antara lain; ayam hutan, burung bulbul, burung pipit dan burung dara.

Daging burung itu dimasak dan dihidangkan untuk penderita cacat dan merawat orang sakit. Menurut Prof Nil Sari, daging atau lemak bisa diterapkan untuk obat luka luar dan dalam. Selain itu, daging burung juga bisa digunakan untuk merawat penyakit otot dan sistem kegelisahan serta meningkatkan kejantanan. Masing-masing spesies burung memiliki efek yang berbeda-beda .

Contohnya, daging bebek bisa mengobati suara serak, menghilangkan gas dalam perut, meningkatkan kejantanan, dan menggemukkan dan memperkuat badan, ini juga baik untuk membebaskan perasaan sakit berasal dari lemak. Lemak bebek membersihkan dan mempercantik kulit.

Burung atau unggas kadang dimasak dengan rempah-rempah dan tumbuhan obat. Kaldunya dapat dibuat dari ayam muda, ayam betina atau ayam jantan nutrisi keduanya dalam substansi dan sebuah pengobatan, saat otak, testicles dan kotoran badan sedang diobati. Ayam jantan paling baik ayam yang belum bisa kukuruyuk dan ayam betina paling baik itu yang belum menghasilkan telur.

Tak hanya itu, jenis ikan, seperti goby, turbot, belut, gurame, bass laut, tombak, mullet merah, ikan laut plaice, ikan biru, ikan air tawar, picarel, mullet abu-abu, ikan lidah, two-banded air tawar, bonito, ikan mackerel dan trout, dan juga ikan lumba-lumba bisa digunakan sebagai obat.

Jenis ikan yang paling baik untuk pengobatan adalah mullet merah, goby dan ikan kalajengking. "Ini semua tertuang dalam buku medis dalam era Peradaban Islam. Yakni tentang ikan merupakan makanan yang paling baik, di mana mereka menangkap, bagaimana memasak mereka, dan dengan makanan apa ikan harus dimakan atau tidak," jelas Nil Sari.

Nil Sari menambahkan sejak ikan memiliki sifat dingin secara alami maka memiliki sifat tenang dengan humours panas dan dengan demikian memiliki efek bermanfaat dalam kasus penyakit alami panas. "Contoh, ikan baik untuk batuk kering, penyakit kuning, kelemahan, disentri dan fissurations. Telur ikan memperbaiki kejantanan dan baik untuk batuk dan disentri," ujar Prof Nil Sari.

sumber: http://republika.co.id/

0 komentar: